Entri Populer

Senin, 29 November 2010

DEBU-DEBU PESANTREN DAN ARUS GLOBALISASI...

Akselerasi perubahan dan dinamika kehidupan sosial di era global sekarang ini terjadi secara luar biasa dan di luar perkiraan banyak orang, yang menjadi sebuah ironi adalah perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh kemajuan spektakuler di bidang teknologi kecerdasan buatan (intellegencia artificial) itu ternyata juga berakibat pada perubahan tata nilai keagamaan dan sosial. Secara rinci, Kehidupan global saat ini ditandai oleh 4 hal : 1. Kemajuan IPTEK 2. Perdagangan bebas 3. Kerjasama regional dan internasional yang mengikis sekat-sekat ideologis 4. Meningkatnya kesadaran HAM dan Pluralisme
Itulah kondisi makro yang sekarang ini sedang menghimpit dunia Pesantren. Apakah Pesantren sekarang sudah berfikir tentang apa yang bisa diperbuat di tengah atmosfir kehidupan global seperti itu...??? serta apa konstribusi yang bisa disumbangkan untuk turut andil dalam membentuk kepribadian bangsa...?? Atau bahkan apakah pesantren bisa bertahan di tengah hegemoni produk-produk pemikiran dan tata nilai hidup globalisasi....????
Pesantren perlu melakukan reorientasi pada misi dan visi pendidikannya sehingga pergerakan pesantren akan lebih membumi. Di era penjajahan, pesantren di berbagai daerah menjadi basis pergerakan melawan kolonialisme. Para kiyai/ulama’ seperti Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro mempelopori perlawanan terhadap pemerintah kolonial. Namun ketika perlawanan fisik ini dirasa gagal, mereka mengalihkan perlawanan tersebut ke bidang pendidikan dengan membuat sistem pendidikan sendiri. Lalu, apakah pesantren saat ini telah memiliki peran signifikan seperti yang pernah dimilikinya pada era penjajahanan ???.
Hari ini pesantren justru lebih banyak terjebak dalam perjuangan kepentingan yang bersifat pragmatis oportunis, terlebih lagi pada era pasca Orde Baru (hingga mungkin pada hari ini), terutama sekali pada saat-saat menjelang Pemilu. Pesantren dalam banyak kesempatan justru menjadi ajang pertarungan kepentingan perebutan kekuasaan atas nama agama
Maka tidak mengherankan jika fungsi pesantren saat ini secara faktual sudah tergantikan oleh lembaga/institusi yang lahir justru dari kalangan akademisi/kampus, Gerakan dakwah kampus (oleh orang orang berjenggot dan celana cingkrang) dalam banyak kasus justru lebih efektif dalam melakukan perubahan sosial, Kemenangan PKS di ibu kota menjadi fenomena yang layak untuk dikaji oleh dunia pesantren, Masyarakat ibu kota merepresentasikan masyarakat era global, sementara PKS mewakili institusi yang lahir dari kalangan non-pesantren sebagai kebalikan dari PKB, Namun kenapa masyarakat lebih menaruh kepercayaan terhadap PKS daripada PKB ? Atas dasar itulah maka pesantren perlu melakukan reorientasi gerak pengajaran dan pendidikan, serta perlu mulai mengkaji pendekatan baru dalam sistem pendidikan...
Semoga menjadi bahan Refleksi dan Evaluasi kita kaum santri...Islam Indonesia Bersarung...

Sabtu, 27 November 2010

TENTANG MUHAMMAD S.A.W. DALAM KITAB-KITAB SUCI AGAMA.
Tidaklah terbantahkan, Allah telah merencanakan segala kehendaknya dengan sempurna. Dari penciptaan langit dan bumi beserta segala isinya, serta segala sesuatu yang masih bias di mata kita. Kehadiran sang nabi besar Muhammad s.a.w yang merupakan utusan terakhir-Nya pun adalah rencana yang sangat agung. Dalam kitab-kitab suci yang diberikan pada rasul-rasul sebelumnya kabar berita mengenai akan hadirnya sang nabi akhir jaman sudah tertulis. Oleh karenanya dalam Al Qur’an Allah sampai membuat suatu perumpamaan/sindiran bagi ahli kitab bahwa mereka mengenal Rasulullah seperti mengenal anak cucu mereka sendiri. Akan tetapi banyak sekali isi kitab itu telah diubah, dihapus dan didustakan demi kepentingan mereka. Orisinalitas yang telah hilang itu membuat keabsahan berita  tentang ayat yang tersurat dengan jelas tentang kelahiran sang nabi besar akhir jaman lenyap walaupun masih banyak kajian untuk membuktikan kebenaran berita nabi akhir jaman dengan mengacu ayat-ayat yang tersirat yang masih tercantum dalam injil.
Namun, baru-baru ini terdapat suatu temuan-temuan dari kitab suci agama bumi, yakni Hindu, Budha dan Zoroaster. Apakah ini merupakan suatu rencana  dan intervensi Allah, Dzat Yang Merencanakan segala sesuatu dengan sempurna setelah banyak ayat-ayat-Nya dalam kitab sebelum Al-Qur’an didustakan ? Wallahu a’lam. Temuan-temuan ini memang menjadi suatu kajian dan masih diperdebatkan. Namun temuan-temuan ini tentu saja bukanlah suatu temuan yang tanpa dasar kuat. Mari kita kupas temuan-temuan ini (Diambil dari berbagai sumber)
Nabi Muhammad dalam Kitab Weda (Hindu): Kalki Avatar
Seorang profesor beragama Hindu asal India bernama Pundit  Vedaprakash Upadhyai, merilis buku yang berjudul “Kalki Avatar” . Pundit Vedaprakash Upadhyai adalah seorang Hindu Brahmana dari Bengali. Dia adalah peneliti  di Universitas Allahabad di India.
Baru-baru ini sebuah buku yang menyingkap fakta tersebut telah diterbitkan. Buku itu menjadi topik diskusi dan perbincangan di seluruh negeri.
Keterangan dari Pundit Vaid Parkash telah disiarkan di BIC News pada 8 Desember 1997 yang diterjemahkan oleh Mir Abdul Majeed. Sebelumnya, pernah dimuat di The Message, edisi Oktober 1997. Tidak kurang 8 pundit besar mendukung dan merestui butir-butir argumennya sebagai hal yang otentik.
Dalam bukunya yang membeda isi Weda dan kitab-kitab Hindu lainnya, disebutkan umat Hindu sebenarnya menunggu datangnya seorang “pembimbing dan pemimpin” yang disebut “Kalki Avatar”. Kalki Avatar diyakini akan menjadi panutan umat manusia. Dalam Weda dan beberapa kitab Hindu, point-point penting yang menunjukkan bahwa “Kalki Avatar” merujuk kepada sosok Rasulullah Muhammad s.a.w antara lain:
1. Dalam Purana (salah satu kitab Hindu), disebutkan bahwa Kalki Avatar adalah utusan terakhir dari Tuhan yang akan membimbing seluruh umat manusia.
2. Menurut prediksi agama Hindu, kelahiran Kalki Avatar akan terjadi di Semenanjung (yang menurut agama Hindu kawasan Arab). Ini ramalan yang sesuai dengan faktanya di mana Islam lahir di kawasan Arab
3. Disebutkan, bahwa kalki Avatar lahir dari seorang ayah bernama VISHNUBHAGAT dan ibu bernama SUMAANI. Jika kedua nama itu diartikan, maka akan ditemukan hal yang sangat mengesankan, yakni:
VISHNU (artinya Tuhan) + BHAGAT (artinya Hamba) = Hamba/Abdi Tuhan= ABDULLAH (dalam Bahasa Arab berarti HAMBA ALLAH) adalah nama ayah dari Nabi Muhammad s.a.w.
SUMAANI (berarti kedamaian)  =  AMINAH (yang berarti kedamaian dalam Bahasa Arab) yang merupakan nama ibu NabI Muhammad s.a.w
4. Dalam buku agama Hindu, disebutkan bahwa makanan pokok Kalki Avatar adalah kurma dan zaitun, dan ia akan menjadi orang yang paling jujur dan dipercaya di daerahnya. Tidak bisa dipungkiri, ciri-ciri tersebut mengacu pada diri Rasulullah s.a.w
5. Dalam Weda (Kitab suci agama Hindu) disebutkan bahwa Kalki Avatar terlahir dari keturunan terhormat. Suku Quraish merupakan suku yang terhormat dan terpandang di Arab
6. Disebutkan bahwa Tuhan akan mengajarkan Kalki Avatar melalui utusannya dalam sebuah gua. Sedangkan Nabi Muhammad s.a.w menerima wahyu Allah dari Malaikat Jibril dalam Gua Hira
7. Tuhan akan menyediakan Kalki Avatar kuda yang sangat cepat untuk berkendara dan naik ke langit ke-tujuh. Bandingkanlah, dengan Buraq yang merupakan tunggangan rasulullah dalam bermi’rat ke Sidratul Muntaha di langit ke-tujuh
8. Tuhan akan membantu Kalki Avatar dengan bantuan ghaib dalam peperangan. Bandingkanlah dengan bantuan Allah dalam setiap pertempuran yang dialami Rasulullah.
9. Salah satu point yang sangat mengejutkan lain adalah kalki avatar dilahirkan pada tanggal 12 dalam sebuah bulan. Faktanya adalah Nabi Muhammad s.a.w dilahirkan tanggal 12 Rabiul Awal.
10. Kalki Avatar adalah penunggang kuda dan pemain pedang yang mahir. Nabi Muhammad s.a.w adalah masuk kriteria tersebut
Merujuk kriteria-kriteria tersebut, sang penulis buku memberikan suatu
ulasan, bahwa seharusnya memang jika semua kriteria Kalki Avatar merujuk pada diri sang nabi besar Muhammad s.a,w, maka seharusnyalah umat Hindu tidak perlu menunggu hingga saat ini sang Kalki Avatar. Karena sang pemimpin besar itu telah melaksanakan tugasnya membuka lembaran baru bagi umat manusia di dunia pada 14 abad yang lalu.
Nabi Muhammad dalam kitab Tripitaka (Budha): Sang Maitreya
Pemimpin Budha,  Sidharta Gautama telah meramalkan kedatangan seorang manusia yang diberi wahyu. Dalam Doktrin Budha (The Gospel of Buddha) oleh Caras (hal.217-8) disebutkan bahwa Budha agung yang akan datang ke dunia ini dikenal sebagai “Maitreya”. Yang berarti “pemberi rahmat”. Merujuk pada tugas mulia rasulullah bahwa beliau bertugas sebagai rahmatan lil alamin bagi seluruh umat manusia .
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta  alam (rahmatan lil alamin)” Al-Quran Surat 21 (Al-Anbya) : 107
Lebih jauh lagi  kitab suci kaum Budha, disebutkan  bahwa sang  Sidharta Gautama berkata“Para pengikutnya (Maitreya) berjumlah ribuan orang, sementara jumlah pengikutku ratusan orang.” Faktanya, pengikut Nabi Muhammad saw berjumlah ribuan orang (sekarang tentunya jutaan).
Dalam Doktrin Budha (oleh Caras, hal.214), seorang Budha yang tercerahkan itu dilukiskan sebagai memiliki kulit yang amat terang dan bahwa seorang Budha memperoleh “pandangan yang luhur di malam hari”. Dalam kenyataan sejarah, Nabi saw acap melakukan shalat malam (tahajjud) sebagai pantulan cintanya yang mendalam kepada Sang Pencipta. Selama hayatnya, Nabi saw tidak pernah meninggalkan shalat malam. Buahnya, beliau mendapatkan pandangan yang tajam untuk merekonstruksi peradaban baru manusia, peradaban Islam.
Dalam Si-Yu-Ki, jilid 1, hal.229, tertulis bahwa “…tak satu kata pun yang mampu menguraikan kemuliaan pribadi Maitreya.” Fakta telah membuktikan, baik kaum muslim maupun non muslim yang melakukan kajian secara obyektif sepakat bahwa Muhammad saw sangatlah rupawan dan menarik baik dari sisi lahiriah maupun batiniah. Ketegasan dan kelembutan pribadi beliau memanifestasikan sifat-sifat Tuhannya. Inilah yang menyulitkan pemaparan kemulian pribadi Nabi saw.  Dalam kitab dan jilid yang sama, tercantum “…suara indah dari Bodhisatwa (Maitreya) begitu lembut, merdu, sekaligus santun. Mereka yang mendengar tidak pernah merasa bosan dan puas.” Nabi saw yang lahir dari kalangan Arab tentunya paham benar akan bahasa Arab. Dan, bahasa Arab yang digunakan al-Quran luar biasa indahnya. Karena itu, al-Quran Suci sendiri dinilai sebagai suatu karya kesusastraan khusus dengan bobot tertinggi yang memberikan manfaat kepada kawan dan lawan. Kelembutan Nabi saw dan keindahan bahasa al-Quran menjadikan setiap perkataan Nabi saw tidak pernah dikenai rasa bosan dan letih untuk disimak.
Disebutkan bahwa Budha tersebut tidak punya guru, yakni tanpa menempuh suatu jenjang pendidikan formal. Gautama juga menekankan bahwa Budha itu seorang yang bersahaja yang mengatakan keselamatan itu hanya tergantung pada amal perbuatan individu. Nabi saw sendiri tidak pernah belajar sama sekali dari seorang guru pun. Ilmu yang beliau dapatkan murni dari Allah sebagai buah perenungannya akan kenyataan semesta ditambah kesucian jiwanya.
Satu ciri lagi yang mengacu pada diri rasulullah adalah saat meninggal bentuk fisik tidak akan nampak kembali (setelah Nabi Muhammad wafat, gambar/wujud fisik beliau tidak ada, karena Islam melarang wujud Nabi digambar )
Nabi Muhammad dalam Agama Zoroaster: Astvat-Ereta
Agama Zoroaster merupakan agama bangsa Persia sekitar tahun 2500 SM. Agama tersebut menyembah api sebagai Tuhan mereka. Kitab suci agama zoroaster Mereka memiliki terdiri dari  2 kitab suci yaitu “Dasatir” dan “Avesta”. Dasatir dibagi dua menjadi “Khurda-dasatir” dan Kalan-dasatir”. Sedangkan Avesta dibagi menjadi “Khurda-avesta” dan “Kalan-awesta” serta “Zend avesta (Maha Zen)”.
Dalam Zen-Avesta Farvardin Yasht  Bab 28 ayat 129, Buku Keramat Timur  volume 23, Zen-Awesta bagian 2 Hal. 220 mengatakan : “ Ia adalah pemenang, ia adalah Soeshyant, namanya “Astvat-ereta”. Uniknya Soeshyant memiliki arti  bermanfaat bagi umat manusia dan arti Sekarang kita bandingkan dengan Tugas Rasulullah  yang diutus sebagai Rahmatan lil alamin.
Sedangkan Astvad-ereta digambarkan sebagai makhluk yang berperang melawan Iblis dalam kehidupan manusia dan ia akan melawan terhadap pemujaan benda-benda”. Nabi Muhammad adalah pemenang dalam perebutan kota Mekah yang memerangi kaum Quraishy yang memuja Berhala. Disamping itu Islam mengajarkan bahwa Iblis adalah musuh yang nyata dan harus diperangi. Sedangkan bahasa Astvad ereta berasal dari kata Astu yang berarti orang yang berdoa (seorang pemimpin agama), sesuai dengan kata “Ahmad” (nama lain Muhammad) yang berarti seseorang yang berdoa.
Lebih jauh dikatakan bahwa Teman dari Astaved-eresta, mereka akan bertempur melawan Iblis, mereka akan memiliki pemikiran, pendengaran dan penglihatan yang bagus serta berbudi tinggi. Mereka tidak akan tergoyahkan keyakinannya karena hal-hal tersebut. Jika kita telaah Umat terbaik adalah yang sejaman dengan Nabi Muhammad beserta sahabat-sahabat beliau (para Khalifah & Tabi’in)
Ramalan dalam kitab Dasatir dikatakan bahwa kelak para teman-teman Soeshyant akan  menaklukkan dan mengalahkan kesombongan Persia dan para pengikutnya, dan mereka tidak menyembah api namun mereka berkiblat ke Ka’bah yang dibangun oleh Ibrahim, yang akan membersihkan pulau itu dan mereka ini akan menjadi rahmat bagi seluruh manusia, mereka akan memerintah daratan rahasia di Persia kecuali Antalkan dan orang-orang ini akan memilih raja yang murah hati.

Nabi Muhammad Dalam Perjanjian Lama

Didalam perjanjian lama, kita dapat pula menjumpai tentang Muhammad ini, misalnya dalam kitab Ulangan 18 :18 yang bunyinya:   "Maka pada masa itu berfirmanlah Allah kepadaku, benarlah perkataan mereka itu. Bahwa Aku akan menjadikan bagi mereka itu seorang Nabi diantara segala saudara-saudaranya yang seperti engkau ya Musa. dan Aku akan memberikan segala firmanKu dalam mulutnya dan iapun akan mengatakan segala yang Kusuruh akan dia."  
Dalam ayat ini dijelaskan akan kedatangan seorang Nabi yang sebesar Nabi Musa, yang datangnya dari antara saudara-saudara Nabi Musa. Allah sudah terlalu kesal terhadap pembangkangan bangsa Israel. Itulah sebabnya Allah tidak lagl akan membangkitkan Nabi-nabinya dari keturunan Israel (Yahudi) tetapi dari pada saudara Israel, yaitu Arab. Ini kuat, sebab kalau ditarik garis keturunan yang lurus, maka Nabi Musa adalah keturunan Ishak, sedangkan Nabi Muhammad adalah keturunan Ismail. Ishak dan Ismail adalah dua bersaudara anak Ibrahim. Hal ini ditegaskan pula dalam kitab (Taurat Musa) Ulangan 33: 1-3 yang bunyinya:  
1. Bermula, maka inilah berkat yang telah diberikan Musa khalil Allah pada Bani Israil dahulu daripada matinya.
2. Maka katanya: "Tuhan telah datang dari Thursina, dan telah terbit bagi mereka itu dari Seir. Kelihatanlah ia gemerlapan cahayanya dari gunung Paran, lalu datang hampir dengan Bukit Kades. Maka pada kanannya adalah tiang api bagi mereka itu."
3. Bagaimana dikasihinya akan mereka itu, yaitu segala suku bangsa itu, segala kesuciannya dalam tangannya, dan mereka itu duduk dikakinya masing-masing akan mendapat perkataannya.   Didalam ayat 1 dijelaskan akan hikmah ini, suatu berkat, suatu kebahagiaan yang diberikan oleh Musa khalil Allah untuk Bani Israil. Ayat ke-2 membicarakan lebih jauh isi dari hikmak ini, yaitu tentang tiga tempat: Thursina, Seir dan Paran.
Thursina adalah bukit dimana Nabi Musa a.s. Mendapatkan dua log batu dan Tauratnya dari Allah, Seir menyebutkan suatu bukit ditanah Kanaan yang dalam hal ini menunjukkan dimana gerangan Nabi Isa a.s. akan lahir, yakni di Baitlahim, sedangkan tempat ketiga "Paran" namanya adalah menunjukkan di mana Nabi Muhammad akan lahir, sebab Paran itulah nama Mekkah yang aslinya. Pada tempat ketiga akan muncul seseorang. Siapakah Dia? Yaitu yang datang hampir atau mendekati Kades yang artinya Baitullah.
Alangkah hebatnya tiang yang muncul dari Paran ini, yaitu Tiang Api, (suatu kesalahan lagi. Dalam Perjanjian Lama berbahasa Belanda disebutkan bukan tiang api, tetapi Hukum Api (Vuurwet) suatu unsur yang sanggup dan akan dapat membinasakan unsur-unsur kimia apapun didepannya, apakah ia baja sekalipun. Jadi yang dimaksud dengan tiang atau hukum api, ialah sudah tentu munculnya suatu agama atau keyakinan yang sendi-sendinya sangat kuat, sebagaimana tiang api itupun kuat. Agama apakah yang muncul dari Paran? Tidak ada duanya, selain agama Islam yang mempunyia 4 sendi yang kokoh yaitu Tauhid (Keesaan Tuhan), Ibadah (sembahyang dan puasa serta haji), Muamalah (cinta sesama manusia, sosialis yang merata), dan Akhlak (budi luhur manusia).


Nabi Muammad Dalam Kitab Yesaya:
Ayat ke-3 selanjutnya menggambarkan betapa bangsa itu lalu dikasihi oleh Allah, serta berkenan menerima perkataan-perkataan dari Dia, yang muncul dari Mekkah (Paran) itu. Kesimpulan yang diperoleh dari seluruh tafsiran ini, ialah: ,"Dari Mekkah akan datang Nabi itu, yaitu Nabi Muhammad s.a.w."Kitab Nabi Yesaya pasal 41 ayat 1-4 bunyinya:
 1. Berdiam dirilah kamu hai sekalian pulau, hendaklah segala bangsa memperbaharui kuat dan kuasanya, serta datang kemari, hendaklah mereka itu memutuskan hukum. Kami hendak bersama-sama datang hampir akan berhukum.
 2. Siapa gerangan yang, sudah membangkitkan Dia dari musyrik dan bertemu dengan segala kebenaran pada segala langkahnya? Siapa Dia, yang menyerahkan segala orang-orang kafir dihadapan haderatnya dan akan memberikan kuasa atas segala raja-raja dan menyerahkan mereka seperti duli dan kepada busurnya seperti jerami diterbangkan angin?
3. Pada masa diusirnya mereka itu? Dengan selamat juga ia terus kepada jalan yang belum pernah dilangkahinya,
4. Siapa gerangan sudah mengadakan dan membuat dia, sambil memanggil segala bangsa asal mulanya. Aku ini Tuhan yang pertama, maka Aku ini yang kemudian sama saja.   Didalam kutipan tadi, juga dijelaskan lagi, betapa nabi itu akan mengadakan peperangan dan akan mengalahkan orang orang dan raja-raja kafir sekalipun. Didalam ayat ke-3 diceriterakan betapa Nabi itu harus, "Hijrah" ke tanah yang belum pernah dijejakinya, dengan selamat. Hal ini mengingatkan kita kepada "Hijrah Rasulullah" dari Mekkah ke Medinah dengan selamat. Ayat ke-2 menceriterakan bagaimana Muhammad mengalahkan raja-raja dan orang-orang kafir hanya sebagai duli yang diterbangkan angin, serta anak panah-anak panah lawan yang seolah-olah hanya jerami belaka, artinya tidak sampai melumpuhkan Muhammad dan tentaranya. Yesus belum pernah melakukan peperangan selama hidupnya. Sebab doktrin Yesus kita kenal yaitu: Bila ditempeleng pipi kiri berikanlah pula pipi yang kanan, dan cintailah sesamamu manusia, bahkan musuhmu juga. Dengan doktrin ini Yesus tidak mungkin akan mengadakan peperangan-peperangan dan serbuan, apalagi Yesus bukankah pernah mengatakan, bahwa kerajaannya bukanlah di dunia ini? (Yahya 18: 36).
Dalam Kitab Bundanish  ayat 6 sampai 27 dikatakan bahwa Soeshyan akan menjadi nabi yang terakhir. Perhatikan ayat Al-Qur’an berikut ini:
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (Al-Quran Surat 33:40)
Semoga bermanfaat...Wallahul Muwafieq, ila aqwamittharieq...

Jumat, 26 November 2010

Indonesia, Plato-pun Mengakui...

Mahluk terakhir yang menyadari arti penting air laut adalah ikan. Menjadi sesuatu yang selalu hadir, tersedia begitu saja, dapat dinikmati tiap saat, memang akan menurunkan nilai penghargaan. Seperti ikan, yang menganggap air laut sebagai sudah seharusnya ada (taken for granted).
Agaknya, sama belaka dengan ratusan juta penduduk nusantara ini. Menganggap bahwa rona alam, bentang lahan, dan iklim hangat khas wilayah tropik, sama sekali bukan keajaiban—karena selalu tersedia tiap saat.
Manusia Indonesia jarang sadar secara sungguh-sungguh. Betapa curah matahari yang cukup, dengan porsi yang selalu bergantian (antara siang dan malam) dalam jumlah yang sama, adalah seperti mimpi untuk orang-orang di Antartika sana. Pun dengan iklim yang “adil”, ada panas, ada dingin —tetapi jauh dari ekstrim. Cuaca ramah seperti itu, bagi mereka yang tinggal di kutub, adalah seperti mimpi. Di mata orang-orang luar, dari dulu hingga kini, Indonesia adalah surga. Atau setidaknya, seperti kata Plato, ribuan tahun lalu, seperti Atlantis, Surga yang hilang…
Sebuah buku, berjudul Atlantis, The Lost Continent Finally Found, hasil riset 30 tahun, dari seorang Fisikawan Nuklir dan Geolog dari Brasil, yaitu Prof. Arsyio Nunes Dos Santos, menyebut bahwa Atlantis (atau surga yang hilang) adalah Indonesia. Menurut bukti-bukti yang disodorkan, Prof Santos tanpa ragu menyebut bahwa hanya Indonesia yang pantas disebut sebagai lokasi Surga (atau Benua) yang hilang itu.
Kalau cuma benua hilang, mungkin tak menarik. Justru yang kontroversial  bahwa Benua yang hilang itu adalah (dulunya) berupa sebuah kemaharajaan dunia, kekaisaran internasional, yang menjadi  “Ibu dari segala kebudayaan dunia”. Negeri-negeri lain, dan peradaban-peradaban lain, yang selama ini dianggap sebagai “puncak sejarah dunia”, seperti Mesopotamia, Eufrat, Tigris, Mesir, Yunani, China, India, Eropa, hingga ke revolusi industri di Inggris, adalah bersumber dari Indonesia. Buku itupun menyebut, bahwa asal usul manusia moderen (setelah zaman esberakhir), juga berasal dari Indonesia.
Buku Atlantis itu bukan ramalan konyol yang steril bukti ilmiah. Justru diperkaya dengan sederatan dalil, dengan ditunjang oleh analisis multi disiplin ilmu. Pembuktian bahwa Indonesia adalah Atlantis (Benua atau Surga Yang Hilang), bersumber dari fakta-fakta geografis, arkeologis, paleontologist, lingusitik, kitab suci, hingga aneka mitologi dari Yunani, Mesir, Inca, Maya, hingga Aztec.
Atlantis Versi Plato
Awalnya adalah dialog dalam risalah yang ditulis Plato, berjudul Timeaus dan Critias. Plato menuturkan bahwa:   Atlantis adalah sebuah negara makmur dengan emas, batuan mulia, dengan balatentara gajah. Sebuah kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga.
Plato (427 - 347 SM) juga menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang hilang atau Atlantis.
Mengapa Indonesia? Atau apa argumentasi untuk menunjuk bahwa Indonesia adalah memiliki karakter yang sama persis dengan “tanda-tanda” yang diceritakan Plato?  Menurut Prof.Santos, setidaknya bisa ditelusur dari empat aspek.
Pertama, adalah teori difusi (penyebaran) peradaban dalam sejarah perkembangan dunia. Ia menemukan bukti, bahwa di dunia ini terdapat berbagai macam kesamaan, kemiripan, baik dalam asal usul bahasa, kata-kata, cerita-cerita rakyat, mitologi, kisah-kisah dari kitab suci, dan sistem teknologi ataupun pertanian. Menurutnya, tak mungkin kelahiran bahasa dan budaya dunia itu lahir independen,atau muncul sendiri-sendiri. Pasti saling terkait. Secara detil, ia memaparkan kesamaan dalam Mitologi Yunani, Kitab-Kitab Hindu (Rig Weda, Ramayana, Mahabarata),Talmud, Taurat, Perjanjian Lama, hingga dongeng-dongeng dari berbagai bangsa dunia (Mesir, Amerika, dan India).
Lingkaran Bencana
Kedua, teori katastrofisme (atau bencana besar), yang menceritakan adanya “banjir semesta”  dan kebakaran semesta (universal conflagration) yang meluluhlantakkan dan menenggelamkan nyaris seluruh ummat dan peradaban manusia. Kandidat satu-satunya yang memiliki bukti bencana tak terperi itu adalah ledakan Krakatau, di patahan Sunda. Secara agak sinis, Prof. Santos mengatakan bahwa Indonesia memang ditakdirkan menelan bencana berulang-ulang, dari zaman prasejarah hingga kini, mengingat letaknya yang berada di “lingkaran sabuk api” (ring of fire). Catatan geologis membuktikan, hanya Krakatauyang sanggup membuncahkan kobaran api dan menyebabkan banjir besar, di sekitar11.600 tahun lalu.
Ketiga, metode  matriks uji atas tanda-tanda yang diajukan Plato. Selama ini, dunia saling klaim tentang lokasi Atlantis yang sesungguhnya. Tercatat belasan tempat yang disebut paling layak sebagai situs Atlantis, mulai dari Selat Gibraltar,Bosporus, Sisilia, Mesir, dan tempat-tempat lain. Tetapi, tak satupun memiliki karakter atau ciri sahih, sebagaimana diajukan  oleh Guru Aristoteles itu.
Sedikitnya ada empat tanda tentang Atlantis, Surga atau Benua yang hilang versi Plato. Yaitu: (1) Atlantis terletak di selat bersudutsempit, dan ini cocok dengan posisi selat sunda; (2) Atlantis berada di dekatpulau besar, dan selat Sunda terletak di antara Sumatera dan Jawa; (3) Atlantisberada di antara apitan banyak pulau, Selat Sunda dekat berada di hamparanpulau-pulau Indonesia; dan (4) Atlantis diapit dua benua, persis, posisi SelatSunda atau Indonesia berada di dua benua.
Keempat,melakukan negasi atau penyangkalan terhadap tempat-tempat lain yang disebut sebagailokasi Atlantis, seperti Selat Giblartar. Plato menyebut adanya pilar-pilar Hercules (dari istilah hera klai, latin, artinya penyangga dunia), yang merupakan metafora dari pegunungan yang berada di lokasi Atlantis. Nah, tak ada gunung berapi yang menjulang, dan layak disebut penyangga dunia dilokasi-lokasi lain, kecuali Selat Sunda, yaitu Gunung Krakatau.
Runtuhnya Teori Darwin
Lantas, benarkah memang ada Atlantis, atau hanya khayal Plato? Menurut Prof Santos, hikayat tentang Surga di Bumi yang hilang karena bencana besar, bukan klaim mitologi Yunani belaka —dan Plato hanya penerus dari cerita Yunani sebelumnya. Pelbagai kebudayaan besar dunia menceritakan hal itu, termasuk dalam tradisi Hindu, Budha, Indian, dan juga kitab-kitab suci terkenal (ia juga menyebut Talmud, Perjanjian Lama, serta Rig Weda).
Jadi benang merahnya adalah dalam mitologi, korpus (naskah kuno), simbolisme suci, dan (memang) berbau spekulasi. Pertanyaan susulan, apa perlunya bagi Bangsa Indonesia, atas heboh Atlantis di Indonesia itu?
Faktanya, website internet tentang Atlantis versi Prof Santos telah diakses jutaan orang di dunia, dan meningkatkan hasrat mengunjungi Indonesia. Buku yang ditulis Prof Santos, yaitu Atlantis, The Lost Continent Finally Found juga laku keras. Teori kontroversial ini juga membuka debat baru, baik dari sisi keilmuan ataupun (untuk Indonesia) harga diri bangsa. Petikan kebijaksanaan juga bisa muncul dari fenomena Atlantis ini. Kita harus percaya, bahwa peradaban dan sejarah dunia memang dipergilirkan oleh Tuhan. Tak ada satu bangsa pun yang bisa eksis sepanjang sejarah bumi, melainkan muncul dan tengelam.
Terakhir sekali, pertanyaan spekulatif adalah, jika teori Atlantis di Indonesia benar, maka akan membawa segudang resiko luar biasa, terutama di bidang keilmuan dan sejarah dunia. Menurut Prof Santos,  dunia barat tak akan rela untuk mengubah sejarah yang selama ini telah menjadi pakem. Butuh pengorbanan luar biasa untuk mengubah peta dunia —-karena posisi Samudera Atlantik yang ada dalam peta dunia sekarang adalah keliru. Selain itu, sejarah arkeologi, geografi, dan lingusitik juga harus diperbaharui.
Korban lain yang akan tumbang secara telak tak lain dan tak bukan adalah Teori Darwin. Dunia telah mahfum, teori Darwin berbasis pada asumsi seleksi alamiah —-bahwa mahluk hidup yang paling mampu bertahan adalah yang paling adaptif, survival of the fitest. Sementara jika merunut teori bencana besar ala Prof. Santos, justru kehidupan bisa musnah dan perlaya, karena adanya bencana besar —dan tak ada mahluk yang bisa bertahan sempurna. Kehidupan alam dan mahluk, bukan lolos karena adaptasi, tetapi justru karena sesuatu yang tak bisa terjelaskan.
Sampai di sini, fenomena Atlantis berada di Indonesia bukan menggiring kita untuk apologis, bangga diri karena cerita masa lalu. Melainkan tercerahkan dan optimis, bahwa bisa saja sejarah kembali memihak kepada kita. Seperti pesan Anand Khrisna: “Wahai anak bangsa, Engkau bukan lahir untuk mengenang masa lalu, melainkan untuk menyongsong masa depan”.